Cegah Stunting Sejak Remaja Melalui Kampung SAE

Pemerintah Kota Depok (Pemkot Depok) terus berupaya menurunkan kasus stunting di wilayahnya. Baik melalui intervensi sensitive dengan memberikan pendampingan edukasi kepada keluarga, ibu, orang tua dan remaja. Juga melalui intervesi spesifik yakni melakukan kolaborasi ditingkat perangkat daerah hingga level masyarakat.

Terkai intervensi spesifik, Pemkot Depok juga bergerak ke hulu untuk mencegah stunting, dimulai sejak remaja putri masih duduk dibangku sekolah. Melalui program peningkatan konsumsi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri baik melalui program Aksi Bergizi maupun lewat pendekatan berbasis masyarakat.

“Ditambah satu inovasi oleh Dinkes, bagaimana mengendalikan kasus anemia itu berbasis komunitas, saat ini sedang dirancang untuk pencegahan anemia berbasis komunitas,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Depok, Dadang Wihana, M.Si., pada acara Publikasi Data Stunting tahun 2024, Jumat 1 November 2024.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Keseahtan Kota Depok, dr. Zakiah, MKM., mengatakan, inovasi anemia berbasis komunitas yang saat ini dikembangkan oleh Dinkes Depok dinamakan Kampung Sehat Bebas Anemia (SAE). Menurut dokter yang akrab disapa Kiki ini, inovasi Kampung SAE merupakan upaya membangun metode yang komprehensif dengan menyiapkan sebuah ekosistem yang mendorong remaja putri menjaga kesehatannya agar terhindar dari anemia dengan berperilaku hidup sehat serta mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) secara rutin, tidak hanya di sekolah namun juga di lingkungan rumah dan keluarga dengan mendekatkan akses pelayanan terintegrasi.

Kiki menambahkan, dalam melaksanakan percepatan penurunan stunting di Kota Depok masih terdapat dua indikator kinerja yang belum mencapai target, yaitu persentase remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 61,56% dari target 75% dan persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sebesar 75% dari target 80%. Berdasarkan hasil analisis prioritas masalah, masih belum tercapainya target kepatuhan konsumsi TTD menjadi perhatian serius karena memiliki banyak dampak baik kesehatan maupun non kesehatan.

“Prevalensi anemia yang tinggi pada remaja jika tidak tertangani dengan baik akan berlanjut hingga dewasa dan berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu, bayi lahir prematur, stunting dan bayi dengan berat lahir rendah,” kata Kiki.

 

Beberapa layanan yang disediakan dalam program Kampung SAE diantaranya sebagai berikut:

1. Tersedianya sentra/pusat data anemia remaja putri bebasis GIS serta data sasaran secara lengkap meliputi status gizi, status anemia dan food frequency

2. Tersedianya sentra edukasi dengan pemanfaatan teknologi digital melalui kanal konsultasi via WA, dengan metode Chatbot dan kalkulator anemia (terintegrasi dengan Depok Single Window)

3. Tersedianya sentra layanan baik di dalam gedung melalui No Anemia Center dan layanan keliling melalui Mobile Layanan Anemia (Moyanemia) serta RS Rujukan khusus anemia terintegrasi

4.Tersedianya Duta SAE dari kalangan remaja

5. Tersedianya Kelompok Pendukung SAE dari kalangan keluarga

Kiki berharap dengan hadirnya inovasi Kampung SAE yang melakukan pendekatan secara komprehensif, edukatif berbasis teknologi digital yang berkelanjutan, dukungan dari keluarga, sekolah, dan komunitas, serta inovasi dalam pemantauan dan distribusi TTD. Maka prevalensi anemia di kalangan remaja putri dapat dikurangi secara signifikan dan akan meningkatkan kesehatan mereka serta kualitas hidup sekaligus mencegah terjadinya stunting sejak dini.

“Keberhasilan program ini membutuhkan komitmen semua pihak—tenaga kesehatan, pemerintah, tokoh masyarakat, keluarga, dan tentunya remaja putri sendiri.  Semoga Kampung Sehat Bebas Anemia bukan hanya menjadi visi, tetapi menjadi kenyataan yang membawa manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang,” tutur Kiki.

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Depok

Berita Terbaru