Kolaborasi Untuk Atasi Anemia Pada Remaja Putri di Kota Depok

Stunting merupakan salah satu program prioritas nasional yang terus diupayakan untuk diatasi, salah satu upaya pencegahannya dengan melakukan intervensi spesifik yakni dengan mencegah dari hulu. Dimana peran calon ibu yang nantinya akan melahirkan bayi sangat besar, sehingga dilakukan intervensi sejak mereka memasuki usia remaja.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, dr. Mary Liziawati, pada acara Kolaborasi Dalam Penanganan Tindak Lanjut  Anemia Remaja Putri Kota Depok Tahun 2024, mengatakan, remaja, calon pengantin, ibu hamil yang menderita anemia berpotensi untuk melahirkan bayi yang berisiko stunting.

“Oleh karena itu pencegahan anemia yang salah satunya adalah pemeriksaan penapisan atau skrining perlu dilakukan pada ketiga sasaran tersebut yaitu pemeriksaan gejala anemia disertai dengan pemeriksaan Hemoglobin (Hb),” kata Mary saat memberikan sambutan, Rabu 4 Desember 2024.

Mary menyampaikan, berdasarkan hasil penjaringan dan pemeriksaan berkala yang dilakukan pada siswi SMP dan SMA sederajat di Kota Depok tahun 2023 didapatkan bahwa dari 27.766 siswi kelas 7 dan 10, jumlah yang dilakukan pemeriksaan Hb sebanyak 26.178 (94,28%) dan didapatkan sebanyak 9.514 (36,34%) terindikasi Anemia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri di Kota Depok tergolong tinggi sebagaimana kriteria yang telah ditetapkan oleh WHO.

Menurut Mary, sebagai tindaklanjut dari hasil penjaringan tersebut, Dinkes Kota Depok melakukan sosialisasi kepada para tenaga pendidik, orang tua siswi, leading sektor pendidikan, Puskesmas, dan rumah sakit dalam hal tata laksana dan penanganan dalam penanggulangan anemia pada remaja putri.

“Kami berharap pertemuan ini dapat memperkuat kolaborasi lintas program dan lintas sektor, terutama dalam program pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri, sehingga kedepannya akan tercipta generasi emas di tahun 2045,” sebut Mary.

Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan penting dalam diagnosis suatu penyakit. Anemia dapat ditentukan dengan penurunan kadar hemoglobin darah di bawah nilai normal (10 - 14 g/dl), pengelompokan anemia yang umum dipakai seperti anemia ringan sekali (Hb 10 g/ dL-kurang dari nilai normal), anemia ringan (Hb 8 - 9,9 g/dL), anemia sedang (Hb 6 - 7,9 g/ dL), anemia berat (Hb < 6 g/dL). Polisitemia merupakan peningkatan kadar hemoglobin melebihi batas nilai normal, yaitu pada pria Hb >18,5 g/dL dan wanita> 16,5 g/dL.

Hasil pemeriksaan Hb yang dilakukan oleh Dinkes Kota Depok terhadap siswi kelas 7 dan 10 didapatkan sebanyak 9.514 (36,34%) terindikasi Anemia. Namun dari sejumlah pelajar yang terindikasi mengalami anemia tidak menindaklanjuti dengan mendatangi fasilitas Kesehatan untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

“Untuk itu, melalui pertemuan ini kami berharap para leading sektor di bidang pendidikan, Disdik, KCD, dan Kemenag, serta para tenaga pendidik dapat mendorong para siswinya yang terdeteksi anemia agar berkunjung ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan dan tata laksana lebih lanjut,” imbuh Mary.

Pada kegiatan Kolaborasi Dalam Penanganan Tindak Lanjut  Anemia Remaja Putri yang diselenggarakan oleh Dinkes Depok, salah satu harapan yang dapat menjadi tindaklanjut adalah pembiasaan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) oleh siswi sekolah secara rutin. Bahkan apabila memungkinkan dapat masuk dalam kegiatan kurikuler. Pertemuan juga menyepakati, apabila ditemukan kasus anemia diminta untuk segera ditindaklanjuti ke Puskesmas guna dilakukan tatalaksana lebih lanjut.

Dinkes Kota Depok menaruh perhatian besar terhadap penanganan Anemia pada remaja putri di Kota Depok. Selain menggandeng pihak sekolah Dinkes Depok juga melakukan inovasi dengan meluncurkan progam pemantauan kasus anemia berbasis masyarakat.

“Kita lakukan inovasi, pendekatan anemia pada remaja tidak hanya di sekolah melalui aksi bergizi tapi juga di lingkungan rumah dan lingkungan tempat tinggal. Dilakukan inovasi dengan nama Kampung SAE, Kampung Sehat Bebas Anemia,” kata Kadinkes Kota Depok, dr. Mary Liziawati, pada 14 November 2024.

Pada pelaksanaan program Kampung SAE tidak hanya para kader kesehatan dan Puskesmas saja yang terlibat tetapi para orang tua dan juga remaja sendiri ikut dilibatkan. Selain ada program minum TTD rutin dan pemeriksaan Hb, remaja putri di Kampung SAE yang kedapatan masuk kriteria mengalami Anemia maka akan dirujuk ke Puskesmas dan juga rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

“Masalah Anemia tidak bisa diabaikan, sehingga harus ditangani sejak memasuki usia remaja sehingga remaja putri menjadi sehat dan produktif dalam beraktifitas,” sebut Mary.

Sumber :