Lindungi Remaja Dari Dampak Buruk Tembakau Dan Rokok Elektronik

Berdasarkan data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2021, diketahui prevalensi perokok anak terus meningkat setiap tahunnya, tahun 2013 prevalensi perokok anak mencapai 7,20%, tahun 2016 menjadi 8,80%, tahun 2018 naik jadi  9,10%, dan tahun 2019 meningkat lagi jadi 10,70%. Sementara prevalensi perokok pada remaja usia 10-18 tahun di Kota Depok sebesar 3,1%.

Data tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, dr. Mary Liziawati, MKM., pada cara Diseminasi Hasil Survei Perilaku Merokok Pada Remaja Kota Depok, Senin 19 Mei 2025. Mary mengatakan, apabila perokok pemula tidak dikendalikan maka jumlah perokok anak akan meningkat menjadi 16% atau mencapai 15,9 Juta pada tahun 2030.

”Dampak buruk yang terjadi akibat konsumsi rokok tidak terkendali, seperti jumlah kematian dan penyakit yang terus meningkat. Merokok masih menjadi masalah sosial dan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular yang berkontribusi terhadap angka kematian tertinggi di Indonesia,” ujar Mary.

Mary menambahkan, berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)  Kota Depok Tahun 2023, penyakit yang diakibatkan rokok sebanyak 26.965 pasien yang terdiri dari pasien yang menderita Asma, Stroke, Kanker (kecuali kanker payudara dan serviks), kanker paru, dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) meningkat 7,9 % pada tahun 2024 sebanyak 31.585 pasien. Dimana, tambah Mary, penyakit tersebut tidak hanya dialami oleh perokok namun juga orang disekitar yang terkena paparan asap rokok atau disebut juga sebagai perokok pasif.

”Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perokok pasif berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan serius seperti penyakit jantung, kanker paru-paru, dan gangguan pernapasan, meskipun mereka tidak merokok secara langsung,” tambahnya.

Lebihlanjut Mary menyampaikan, sebagai upaya mencegah munculnya perokok pemula sekaligus menurunkan jumlah perokok usia remaka. Dinkes Kota Depoktelah melaksanakan survei perilaku merokok remaja di Kota Depok. Pemriksaan dilakukan terhadap 5.181 siswa yang berasal dari 72 SLTP dan 73 SLTA di Kota Depok.

Menurut Mary, hasil survei memberikan gambaran nyata tentang prevalensi, kebiasaan, serta motivasi remaja merokok. Selain itu hasil survei juga akan digunakan untuk merancang kebijakan kesehatan remaja, penguatan regulasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR), dan penyesuaian program edukasi serta kampanye antirokok, agar intervensi tepat sasaran.

Mary berharap, hasil survei juga bisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat baik orang tua, guru, pengambil kebijakan tentang urgensi masalah rokok pada remaja, serta mendorong keterlibatan mereka dalam memberikan solusi.

”Diharapkan hasil survei dapat mendorong kebijakan dan aksi nyata untuk melindungi remaja dari dampak buruk tembakau dan rokok elektronik,” imbuh Mary.


Hasil Survei Perilaku Merokok Remaja di Kota Depok

Jumlah sample dalam penelitian (N=5.181 siswa) dari jumlah populasi siswa sebanyak 87.153 jiwa. Sekolah yang dipilih 72 SLTP dan 73 SLTA yang tersebar di 63 kelurahan.

Diketahui 11,7% siswa SLTP dan SLTA sudah merokok setiap hari, hanya 46.4% yang tidak pernah mencoba rokok meski hanya satu hisapan. Mereka yang sudah merokok setiap hari seperlimanya (20%) merokok Lebih dari 12 batang perhari dan 9,4% merokok elektronik.

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Depok

Berita Terbaru