Dua Intervensi Untuk Turunkan Stunting di Kota Depok
Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan angka stunting di kota Depok sebesar 14,3%, sementara berdasarkan data elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM) pada Agustus 2024 hasil validasinya di angka 3,58 persen atau 3,377 balita stunting. Berdasarkan penetilian awal, faktor penyebab stunting adalah karena faktor ekonomi atau kemisikinan masyarakat.
Namun hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok (Pemkot Depok) menunjukkan, pemicu utama stunting bukanlah faktor ekonomi tapi ada faktor pemicu lain yang lebih dominan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Depok, Dadang Wihana, M.Si., ketika menyampaikan paparan dalam acara Publikasi Data Stunting tahun 2024, di Gedung Dibaleka, Kota Depok, Jumat 1 November 2024.
Menurut Dadang, Pemkot Depok mencoba menggali lebih dalam penyebab stunting di wilayahnya dengan cara memformulasikan data stunting dikonfirmasikan terhadap Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Dari formulasi tersebut diketahui bahwa kasus stunting di Depok tidak banyak terjadi pada kelompok penerima manfaat bantuan sosial, yang berarti kasus stunting mayoritas bukan dikarenakan masalah ekonomi.
“Jadi dibuat survey dan ternyata mayoritas 60% itu berasal dari pola asuh, dari keluarga yang tidak dikategorikan miskin. Maka pola asuh inilah yang menjadi prioritas kita, pola asus lebih ke (intervensi) sensitive perubahan perilaku,” kata Dadang.
Menurut Dadang, Pemkot Depok menggunakan dua pendekatan untuk menurunkan kasus stunting. Pertama, sebagaimana hasil penelitian maka dilakukan intervensi sensitive untuk mempebaiki pola asush melalui pendampingan edukasi kepada keluarga, kepada ibu, kepada orang tua dan kepada remaja. Kedua, dengan intervesi sensitive yakni melakukan kolaboriasi ditingkat perangkat daerah hingga level masyarakat.
“Di level komunitas, Pemkot Depok mengalokasikan anggaran melalui dana Kelurahan, di dalam dana Kelurahan itu ada menu wajib penanganan stunting, dan juga kampung cerdas ramah keluarga, yang merupakan integrasi dari berbagai macam program,” sebut Dadang.
Lebih lanjut Dadang menyampaikan, saat ini Pemkot Depok juga tengah menggencarkan upaya penegahan stunting dengan melakukan pendekatan kepada kelompok remaja. Salah satunya adalah meningkatkan jumlah remaja putri yang mengonsumsi tablet tambah darah, yakni melalui sekolah dan juga forum genre. Dimana dengan pendakatan lewat teman sebaya dinilai efektif meningkatkan remaja putri mengonsumsi tablet tambah darah.
“Ditambah satu inovasi oleh Dinkes bagaimana mengendalikan kasus anemia itu berbasis komunitas, saat ini sedang dirancang untuk anemia berbasis komunitas,” ujar Dadang.
Sementara itu Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Keseahtan Kota Depok, dr. Zakiah, MKM., mengatakan, upaya pencegahan stunting di hulu salah satunya dengan memberikan pemahamam kepada komplek remaja. Dimana mereka nantinya akan menjadi calon pengantin dan kemudian menjadi calon ibu hamil, harus sehat.
“Diharapkan dengan mengonsumsi tablet tambah darah oleh remaja putri, maka mereka akan menjadi remaja tidak anemia, calon pengantin tidak anemia, ibu hamil tidak anemia dan kurang energi kronik. Sehingga bayi yang dilahirkan sehat dan tidak stunting,” ujarnya.
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Depok